Senin, 06 April 2009

Agama dan Pengertian Agama dalam Berbagai Bentuknya (resume)

Dalam masyarakat Indonesia, selain dari kata agama, dikenal pula istilah-istilah lain berkenaan dengan kata tersebut yang didevinisikan dalam arti yang berbeda-beda. Akan tetapi intisari yang terkandung dalam istilah-istilah tersebut ialah ikatan. Sehingga agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kesatuan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera.

Oleh karena itu agama diberi definisi-definsi sebagai berikut :
  1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
  2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
  3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
  4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yag menimbulkan cara hidup tertentu.
  5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
  6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
  7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
  8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah :

  1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah danlarangan kekuatan gaib ini.
  2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
  3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
  4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

Agama ada yang bersifat pimitif dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat ialah:

  • Dinamisme
    Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sakti. Barang-barang yang dianggap sakti dan bertuah, adalah keris, batu cincin dan lain-lain. Dalam faham agama dinamisme bertambah mana yang diperoleh oleh seseorang bertambah jauh ia dari bahaya dan bertambah selamat hidupnya. Kehilangan mana berarti maut. Oleh karena itu, tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin. Dalam masyarakat primitif terdapat dukun atau ahli sihir, yang dianggap dapat mengontrol dan menguasai mana yang beraneka ragam itu.
  • Animisme
    Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Bagi masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yang halus sekali menyerupai uap atau udara, mempunyai rupa, mempunyai tingkah laku seperti manusia. Roh dari benda-benda tertentu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia karena dapat menimbulkan kekuatan yang dasyat sehingga dihormati dan ditakuti, termasuk roh nenek moyang. Kepada roh-roh serupa ini diberi sesajen untuk menyenangkan hati mereka. Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Membuat mereka marah harus dijauhi karena kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir.
  • Politeisme
    Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dewa-dewa dalam politeisme telah mempunyai tugas-tugas tertentu dan diyakini lebih berkuasa. Oleh karena itu, tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya memberi sesajen dan persembahan-persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Tetapi dalam politeisme terdapat faham pertentangan tugas antara dewa-dewa yang banyak itu. Kalau berdoa: seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainnya. Dengan jalan demikian masyarakat politeisme berusaha menyelematkan diri dari bahaya-bahaya yang mengancam mereka.

    Dalam perkembangan selanjutnya terdapat dewa-dewa yang mendapat perhatian dan pujaan yang lebih besar dari yang lain. Sehingga timbullah faham dewa tiga. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwa, dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Osiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta.

    Kemudian ada kalanya satu dari dewa-dewa itu yang meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Ini belum berarti pengakuan pada satu Tuhan, tapi baru pada pengakuan dewa terbesar diantara dewa yang banyak. Faham ini belum meningkat pada faham henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme.
  • Henoteisme
    Tetapi kalo dewa yang terbesar itu saja kemudian yang dihormati dan dipuja, sedang dewa-dewa lain ditinggalkan, faham demikian telah keluar dari politeisme dan meningkat kepada henoteisme. Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri.
  • Monoteisme
    Dalam masyarakat yang sudah maju agama yang dianut adalah agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta.

Dengan demikian, perbedaan antara henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Dalam agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan. Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spirituil. Dalam istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Tuhan dalam monoteisme tidak dapat dibujuk-bujuk dengan saji-sajian. Kepada Tuhan sebagai pencipta yang mutlak orang tak bisa kecuali menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah, orang dalam monoteisme mencoba mencari keselamatan.

Disinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan. Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama.

Dalam agama Kristen, berhubungan dengan ajaran tentang dosa warisan yang melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yang merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan.

Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajarannya tentang Tuhan Yang Maha Esa memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Persatuan roh dengan badan menimbulkan kegelapan. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyang Widhi yang disebut moksa. Dan moksa akan tercapai hanya kalau atma telah menjadi suci kembali dari kegelapan yang timbul dari persatuannya dengan badan. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya.

Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Agar dalam hidup kekal di akhirat nanti orang hidup dalam kesenangan, jauh dari kesengsaraan, orang haruslah berusaha supaya mempunyai roh bersih lagi suci dan senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat di dunia. Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yang diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Tujuan agama memanglah membina manusia baik-baik, manusia yang jauh dari kejahatan. Oleh sebab itu agama monoteisme erat pula hubungannya dengan pendidikan moral. Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan larangannya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur.

Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajarannya bermaksud untuk membina manusia yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti Sebagai diterangkan oleh Al-Qur-an, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Mengenai hal ini Surat Ali lmran ayat 19 mengatakan:
Agama (yang benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya).Dan mereka yang diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki.

Apa yang dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa' ayat 125 :
Siapa mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yang sebenarnya?

Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al-Baqarah ayat 131 :
Ketika Tuhannya berkata kepadanya (Ibrahim) : "Serahkan dirimu'; ia menjawab : "Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam' :

dan Surat Ali Imran ayat 67 :
Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang benar (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.

Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah. sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :

Katakanlah : “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya”.

Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Sejarah juga mengunjukkan bahwa ketiga agama itu memang mempunyai asal yang satu. Tetapi perkembangan masing-masing dalam sejarah mengambil jurusan yang berlainan, sehingga timbullah perbedaan antara ketiga-tiganya.

Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa. Dalam istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Tetapi dalam pada itu kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam satu dari kedua syahadatnya menegaskan : "Tiada Tuhan selain dari Allah". Dan dalam agama Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : "Dengarlah Israel, Tuhan kita satu". Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi.

Agama Hindu, sungguhpun banyak dianggap termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monotesime. Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tiga sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda di dunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. lni adalah perbuatan Zat Yang Maha Tinggi itu.

Dengan, demikian di antara agama besar yang ada sekarang, hanya Islamlah yang memelihara faham monoteisme yang murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yang banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.

Tidak ada komentar: