Rabu, 29 April 2009

ASPEK IBADAH, LATIHAN SPIRITUIL DAN AJARAN MORAL

Manusia dalam faham Islam, sebagai halnya dalam agama monoteisme lainnya, tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsure rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spirituil. Badan, karena mempunyai hawa nafsu, bisa membawa pada kejahatan, sedang roh, karena berasal dari unsur yang suci, mengajak kepada kesucian. Kalau seseorang hanya mementingkan hidup kematerian ia mudah sekali dibawa hanyut oleh kehidupan yang tidak bersih, bahkan dapat dibawa hanyut kepada kejahatan.


Oleh karena itu pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup duniawi, apalagi kalau hal itu membawa kepada perbuatan-perbuatan tidak baik dan kejahatan. la akan merupakan manusia yang merugikan, bahkan manusia yang membawa kerusak bagi masyarakat. Selanjutnya ia akan kehilangan hidup bahagia akhirat dan akan menghadapi hidup kesengsaraan di sana. Oleh karena itu amatlah penting supaya roh yang ada dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia juga mendapat latihan.


Dalam Islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam Islam, salat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, bahkan senantiasa dekat pada-Nya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan sebagai Zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.
Di antara ibadat Islam, salah satunya shalat yaitu dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog tersebut berlaku antara dua fihak yang saling berhadapan. Dalam shalat seseorang melakukan hal-hal berikut: memuja ke-Maha Sucian Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, memohon supaya dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi ampun dan dibersihkan dari dosa, memohon supaya diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan dijauhkan dari kesesatan serta perbuatan-perbuatan tidak baik, perbuatan-perbuatan jahat dan sebagainya. Pendek kata dalam dialog dengan Tuhan itu seseorang meminta supaya rohnya disucikan. Dialog ini wajib diadakan lima kali sehari, dan jika seseorang melakukannya lima kali sehari dengan sadar memohon pensucian roh, maka rohnya akan dapat menjadi bersih dan ia akan dijauhkan dari perbuatan-perbuatan tidak baik(jahat).Puasa juga merupakan pensucian roh. Di dalam berpuasa seseorangharus menahan hawa nafsu makan, minum dan seks. Di samping itu ia juga harus menahan rasa amarah, menjelek-jelekan orang, bertengkar dan perbuatan-perbuatan kurang baik lainnya. Pada bulan puasa dianjurkan supaya orang banyak-banyak shalat dan membaca Al-Qur-an, yaitu hal-hal yang membawa orang dekat kepada Tuhan. Latihan ini disempurnakan dengan pernyataan rasa kasih kepada anggota masyarakat yang lemah kedudukan ekonominya dengan mengeluarkan zakat fitrah bagi mereka.lbadat haji juga merupakan pensucian roh. Dalam mengerjakan haji di Mekkah, orang berkunjung ke Baitullah (Rumah Tuhan dalam arti rumah peribadatan yang pertama didirikan atas perintah Tuhan di dunia ini). Dalam shalat, orang dapat merasa dekat sekali dengan Tuhan. Bacaan-bacaan yang diucapkan sewaktu mengerjakan haji itu juga merupakan dialog antara manusia dengan Tuhan. Usaha pensucian roh di sini disertai oleh latihan jasmani dalam bentuk pakaian, makanan dan tempat tinggal sederhana. Selama mengerjakan haji perbuatan-perbuatan tidak baik harus di jauhi.Zakat yaitu mengeluarkan sebagian dari harta untuk menolong fakir-miskin dan sebagainya juga merupakan pensucian roh. Di sini roh dilatih menjauhi kerakusan pada harta dan memupuk rasa bersaudara, rasa kasihan dan suka menolong anggota masyarakat yang berada dalam kekurangan.Ibadat dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah seperti penyembahan yang terdapat dalam agama-agma primitif. Pengertian serupa ini adalah pengertian yang tidak tepat. Betul ayat 56 dari Surat Al-Zariat mengatakan : dan inidiartikan bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadat kepadaTuhan yaitu mengerjakan shalat, puasa, haji dan zakat. Soal ibadah memangamat penting artinya dalam sejaran Islam, tetapi mestikah kata " " disini berarti beribadat, mengabdi atau menyembah ? Sebenarnya Tuhan tidakberhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Tuhan adalah Maha Sempurnadan tak berhajat kepada apapun. Oleh karena itu kata " ” disini lebihtepat kalau diberi arti lain daripada arti beribadat, mengabdi, memuja, apalagimenyembah. Lebih tepat kelihatannya kalau kata itu diberi arti tunduk danpatuh dan kata memang mengandung arti tunduk dan patuhsehingga arti ayat itu menjadi :'Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuhkepadaKu ".Arti ini lebih sesuai dengan arti yang terkandung dalam kata muslim danmuttaqi, yaitu menyerah, tunduk dan menjaga diri dari hukuman Tuhan di HariKiamat dengan mematuhi perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhan.Dengan lain kata, manusia diciptakan Tuhan sebenarnya ialah untuk berbuat3baik dan tidak untuk berbuat jahat, sungguhpun di dunia ada manusia yangmemilih kejahatan.Selanjutnya arti sembah dan sembahyang yang diberikan kepada "" ” dan " " juga membawa kepada faham yang tidak tepat: Katasembahyang berasal dari suatu bahasa yang memakai falsafat lain dari falsafatIslam. Sembahyang mengandung arti menyembah kekuatan gaib dalam fahammasyarakat animisme dan politeisme. Dalam falsafat masyarakat serupa inikekuatan gaib yang demikian ditakuti dan mesti disembah dan diberi sesajenagar ia jangan murka dan jangan membawa bencana bagi alam.Kata sembahyang yang mengandung arti demikian, ketika dibawa kedalam konteks Islam, sebagai terjemahan bagi kata " " dan " ",menimbulkan perubahan dalam konsep Tuhan yang ada dalam Islam. DalamIslam Tuhan bukanlah merupakan suatu zat yang ditakuti tetapi suatu zatyang dikasihi. Ini ternyata dari ucapan : “ “, yang tiap hariberkali-kali dibaca umat Islam. Rahman dan Rahim berarti pengasih lagiPenyayang, jadi bukan Tuhan yang ditakuti, tetapi Tuhan yang dikasihi manusia.Tetapi kata sembahyang yang masuk ke dalam konteks Islam itumenghilangkan sifat Pengasih dan Penyayang itu dari kesadaran kita umatIslam. Inilah pula kelihatan salah satu sebabnya maka ““ dalam Al-Qur’an di Indonesiakan menjadi "takutilah Tuhan" sedang artisebenarnya ialah "pelihara dan jagalah dirimu dari hukum Tuhan di akhirat danpatuhlah kepada perintah dan laranganNya".Tujuan ibadat dalam Islam bukanlah menyembah, tetapi mendekatkandiri kepada Tuhan, agar dengan demikian roh mausia senantiasadiingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci, sehingga akhirnya rasakesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh suci membawa kepadabudi pekerti baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadat, di samping merupakanlatihan spirituil, juga merupakan latihan moral.Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral : Ayat 45 dariSurat Al-Ankabut menyatakan :Salat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik.Hadis Nabi lebih lanjut menjelaskan :Yang mengandung arti bahwa salat yang tidak mencegah orang dari perbuatanjahat dan tidak baik bukanlah sebena salat. Salat demikian tidak ada artinya danmembuat orang berubah jauh dari Tuhan. Dalam satu hadis qudsi disebut :yaitu Tuhan akan menerima salat orang yang merendah diri tidaksombong, tidak menentang malahan selalu ingat kepada Tuhan dan sukamenolong orang-orang yang dalam kesusahan seperti fakir miskin, orang yang4dalam perjalanan, janda dan orang yang kena bencana. Jadinya salah satutujuan shalat ialah menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahat danmendorongnya untuk berbuat hal-hal yang baik.Demikian juga puasa dekat hubungannya dengan latihan moral. Ayat183 dari Surat Al-Baqarah mengatakan :Hai orang-orang yang percaya, berpuasa diwajibkan bagi kamu sebagaihalnya dengan umat sebelum kamu. Semoga kamu menjadi manusia bertaqwa.Bertakwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukanperbuatan-perbuatan baik. Hadis-hadis Nabi juga mengkaitkan puasa denganperbuatan-perbuatan tidak baik. Salah satu hadis mengatakan :Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan. perbuatantidak baik tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri darimakan dan minum, karena puasanya tak berguna. Hadis lain lagi mengatakan :Dengan demikian berpuasa bukanlah menahan diri dari makan danminum, tetapi menahan diri dari ucapan-ucapan tidak lagi kotor.Mengenai haji, ayat 197 dari Surat Al-Baqarah :Menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidakmengeluarkan ucapan-ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidakbaik dan tidak boleh bertengkar.Tentang zakat ayat 103 dari Surat Al-Taubah :Menjelaskan bahwa zakat diambil dari harta untuk membersihkan danmensucikan pemiliknya.Hadits berikut :5menerangkan bahwa arti sedekah luas sekali sehingga ia mencakupisenyuman kepada manusia, seruan pada perbuatan baik dan larangan dariberbuat jahat, memberi petunjuk kepada manusia, menjauhkan diri dari jalan,memberi air yang ada digayung kita kepada orang yang berhajat dan menuntunorang yang lemah penglihatannva.Bahwa semua ibadat itu dekat hubungannya dengan pendidikan moraldijelaskan lebih lanjut oleh hadis-hadis di bawah ini. Pernah orang bertanyakepada Nabi :Jadi sebagaimana dijelaskan hadis ini orang yang kuat sembah,berpuasa dan bersedekah, tetapi lidahnya menyakiti tetangga, masuk neraka.Dan orang yang sedikit menjalankan ibadat sembahyang, puasa dan sedekah,tetapi tidak menyakiti hati tetangga akan masuk surga. Hadis berikutmenjelaskan :Bahwa orang yang berdusta, tidak menepati janji dan berkhianat,munafik, sungguhpun ia mengaku dirinya orang Islam, berpuasa, mengerjakansalat, haji dan umrah. Menurut hadis berikut :6ada hal yang lebih tinggi derjatnya dari salat, puasa dan sedekah. Ketikapara sahabat mengatakan ingin mengetahui hal itu, Nabi menjawab :Memperbaiki tali persahabatan.Hadits di bawah ini :menerangkan bahwa sifat pemurah membuat orang dekat pada Tuhandan surga, sedang sifat bakhil membuat orang jauh dari Tuhan surga. Danbegitu terpujinya sifat pemurah sehingga orang (tidak tahu) tetapi pemurah lebihdikasihi Tuhan dari orang banyak beribadat tetapi bakhil.Demikianlah Al-Qur’an dan hadits menjelaskan bahwa ibadatsebenarnya merupakan latihan spirituil dan moral dalam Islam membinamanusia yang tidak kehilangan keseimbangan hidup, lagi berbudi pekerti luhur.Di samping latihan spirituil dan moral ini, Al-Qur’an dan juga membawaajaran-ajaran atau norma-norma moral yang dilaksanakan dan dipegang setiaporang Islam.Ayat 58 dari Surat Al-Nisa’ :mengajarkan supaya manusia mengetahui hak orang lain dan bersikapikhlas terhadap hak itu. Ayat ini memerintahkan supaya amanat (hak yangdipercayakan kepada seseorang) diteruskan kepada yang berhak. Juga ayat inimengajarkan supaya manusia berlaku adil.Ayat 90 dari Surat Al-Nahl :Disamping mengandung perintah supaya manusia bersikap adil, baikkepada orang dan menolong keluarga juga mengandung larangan berbuat tidakbaik dan jahat.7Selanjutnya ayat 188 dari Surat Al-Baqarah mengatakan :Janganlah kamu memakan harta orang lain dengan alasan palsu danjangan bawa hal itu ke depan hakim dengan maksud agar kamu dapatmemakan harta orang lain dengan jalan tidak benar.Ayat 24, 25 dan 26 dari Surat Ibrahim :selanjutnya menerangkan bahwa kata-kata baik serupa dengan pohonsubur yang akarnya teguh dan rantingnya meninggi ke langit bahwa kata-kataburuk serupa dengan pohon yang dekat mati akan tercabut dari tanah karenatak mempunyai dasar.Ayat 11 dan 12 dari Surat-Hujrat :Lebih lanjut lagi mengajarkan hal-hal berikut :Janganlah mencemoohkan orang lain, karena mungkin lebih baik darikita sendiri; jangan mencela orang lain, jangan memberi nama julukan tidakbaik; jangan berburuk sangka, karena sebahagian buruk sangka merupakandosa; jangan mencari-cari kesalahan orang dan jangan mengumpat orang.Semua ini adalah perbuatan-perbuatan tidak baik yang harus dijauhi.Selain dari ajaran-ajaran akhlak, Al-Qur’an bahkan mengandung ajaranajaranbagaimana seharusnya tingkah laku seseorang dalam hidup sehari-hari.8Ayat 27 dan 28 dari Surat Al-Nur :Umpamanya mengajarkan agar seseorang jangan memasuki rumahorang lain sebelum meminta izin serta memberikan salam dan kalau tidak diberiizin masuk supaya kembali saja, karena itu adalah lebih baik.Ayat 58 dari surat itu juga :Selanjutnya mengajarkan agar sebelum memasuki ruang tertutup orangharus meminta izin terlebih dahulu, dengan mengetok umpamanya, tiga kali,walaupun bagi anak yang belum dewasa.Demikianlah pentingnya budi-pekerti luhur dan tingkah laku sehari-haridalam Islam, sehingga hal-hal itu disebut Tuhan dalam Al-Qur-an. Dan NabiMuharnmad sendiri mengatakan bahwa beliau diutus ke dunia ini untukmenyempurnakan ajaran-ajaran tentang budi-pekerti luhur. Beliau jugamenerangkan : Tuhan telah menentukan Islam sebagai agamamu, makahiasilah agama itu dengan budi-pekerti baik dan hati pemurah.Berkata benar dan tidak berdusta adalah norma moral yang penting.Nabi mengatakan : “Kata benar menimbulkan ketenteran tetapi dustamenimbulkan kecemasan”. Menurut 'Aisyah, sifat yang paling dibenci Nabi ialahberdusta. Seorang mu'min, kata Nabi, boleh bersifat penakut dan bakhil, tetapisekali-kali tak boleh berdusta. Tiga macam orang, kata Nabi, yang tak akanmasuk surga, orang tua yang berzina, Imam yang berdusta, dan kepala yangbersifat angkuh. Mengenai kejujuran Nabi mengatakan : "Tidak terdapat imandalam diri orang yang tidak jujur dan tidaklah beragama orang yang tak dapatdipegang janjinya". Dan seorang pernah bertanya kepada Nabi : "Kapan harikiamat ?" jawab beliau :“Kalau kejujuran telah hilang". Janji harus ditepati walaupun kepada musuh.Nabi pernah mengucapkan kata-kata berikut: "jika seseorang berjanji tidak akanmembunuh seseorang lain, tetapi orang itu kemudian ia bunuh, maka aku sucidari perbuatannya, sungguhnya yang ia bunuh itu adalah orang kafir". Orangpernah bertanya kepada Nabi tentang semulia-mulia manusia. Nabimenerangkan : “Orang yang hatinya bersih lagi suci dan lidahnya benar". JugaNabi mengatakan bahwa orang yang suka mencaci dan hatinya berisi rasadengki akan masuk neraka. Selanjutnya orang yang kuat kata Nabi, bukanlahorang yang tak dapat dikalahkan kekuatan fisiknya, tetapi yang kuat ialah orangyang dapat menahan amarahrya. Hadis lain lagi menerangkan bahwa orang9yang dapat menahan marahnya di hari kiamat akan dapat memilih bidadari yangdisukainya. Lebih lanjut lagi Nabi mengatakan bahwa derjat yang tinggidiberikan Tuhan kepada orang yang bersikap lemah lembut terhadap orangyang tak menghargainya, memaafkan orang yang tak mau memberi apa-apakepadanya dan tetap bersahabat dengan orang yang memutuskan talipersaudaraan dengan dia. Hadis juga mengatakan bahwa orang yang paling takdisenangi Tuhan ialah orang yang berdendam khusumat.Demikianlah hadis-hadis Nabi banyak menyebut norma-norma akhlakmulia dan Nabi sendiri dikenal sebagai orang yang budi pekertinya luhur.Al-Qur’an mengatakan : “ “ Tegasnya, Islam sebagaihalnya dengan agama-agama lain, amat mementingkan pendidikan spirituil danmoral. Di sinilah sebenarnya terletak inti-sari sesuatu agama. Inti-sari ajaranajaranIslam,memang berkisar sekitar soal baik dan buruk, yaitu perbuatanmana yang bersifat baik dan membawa kepada kebahagiaan, dan perbuatanlana yang bersifat buruk atau jahat dan membawa kepada kemudaratan dankesengsaraan. Untuk kebahagiaan manusia, perbuatan aik dikerjakan danperbuatan jahat dijauhi.Dalam Islam masalah baik dan buruk ini mengambil tempat yang pentingsekali. Bagi para teolog Islam soal itu memang merupakan salah satu masalahyang banyak dan hangat mereka perbincangkan. Pokok masalah bagi aliranaliranteologi yang terdapat dalam Islam ialah : Dapatkah manusia melaluiakalnya mengetahui perbuatan mana yang buruk ? Ataukah untuk mengetahuiitu, maka perlu pada wahyu ?Golongan Asy'ariah mengatakan bahwa soal baik dan tidak tak dapatdiketahui oleh akal. Sekiranya wahyu tidak diturunkan Tuhan, manusia tidakakan dapat memperbedakan perbuatan buruk dari perbuatan baik. Wahyulahyang menentukan buruk-baik sesuatu perbuatan.Kaum Mu'tazilah berpendapat bahwa akal manusia cukup kuat untukmengetahui buruk-baiknya sesuatu perbuatan. Tanpa wahyu manusia dapatmengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan buruk dan menolong sesamamanusia adalah perbuatan baik. Hal itu tak diperlukan wahyu. Wahyu datanghanya untuk memperkuat pendapat akal manusia dan untuk membuat nilai-nilaiyang dihasilkan fikiran manusia itu bersifat absolut dan universil, agar dengandemikian mempunyai kekuatan mengikat bagi seluruh umat.Selanjutnya, kata Mu'tazilah, setelah akal mengetahui yang baik dan apayang buruk, akal memerintahkan supaya peerbuatan baik itu dikerjakan danperbuatan buruk atau jahat itu dijauhi. Jadi sebelum wahyu diturunkan Tuhan,manusia dalam faham Mu'tazilah, telah berkewajiban berbuat baik danberkewjiban menjauhi perbuatan jahat. Wahyu datang untuk memperkuatperintah akal itu dan untuk membuat kewajiban-kewajiban akli tersebut menjadikewajiban syar'i yang bersifat absolut.Bagi golongan Asy'ariah, karena akal tidak mampu mengetahui soal baikdan soal buruk, manusia tidak mempunyai kewajiban apa-apa sebelum turunnyawahyu.Sekianlah sekedar masalah baik dan buruk dalam teologi Islam. Disamping teologi, fikih atau hukum Islam sebenarnya juga memusatkanpembahasan pada soal baik dan buruk itu. Pengertian wajib, haram, sunat danmakruh hubungannya erat sekali dengan perbuatan baik dan perbuatan burukatau jahat. Perbuatan ada di antaranya yang wajib dikerjakan dan ada pula dianta yang sunnah dikerjakan. Perbuatan buruk atau jahat ada yang haramdikerjakan dan ada yang makruh dikerjakan. Perbuatan-perbuatan tidak baik10yang haram atau makruh kalau dikerjakan, membawa kepada kemudhratan dankesengsaraan, sedang perbuatan-perbuatan baik yang wajib atau yang sunnah,kalau dikerjakan, membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan.Ancaman yang berupa neraka dan janji yang berupa surga di akhirat,juga erat hubungannya dengan soal baik dan buruk ini. Orang yang berbuat baikdi dunia ini akan masuk surga di akhirat, dan orang yang berbuat jahat akanmasuk neraka. Yang dimaksud di sini dengan perbuatan baik bukan hanya yangmerupakan ibadat, tetapi juga perbuataan baik duniawi yang setiap haridilakukan manusia dalam hubungannya dengan manusia, bahkan juga denganmakhluk lain, terutama binatang-binatang. Demikian pula yang dimaksuddengan perbuatan buruk dan jahat adalah perbuatan buruk, dan jahat yangdilakukan manusia, terhailap sesama manusia dan juga terhadap makhluk laindi dunia.Jelas bahwa dalam Islam, soal baik dan buruk, di samping soalketuhanan menjadi dasar agama yang penting. Ini demikian, karena yang ingindibina Islam ialah manusia baik yang menjauhi perbuatan-perbuatan buruk ataujahat di dunia ini. Manusia serupa inilah sebenarnya yang dimaksud denganmu'min, muslim dan muttaqin (orang yang bertakwa). Mu'min ialah orang yangpercaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber nilai-nilai yang bersifatabsolut, muslim orang yang menyerahkan diri dan tunduk kepada Tuhan danmuttaqi atau orang bertaqwa adalah orang yang memelihara diri dari hukumanTuhan di akhirat, yaitu orang yang patuh pada Tuhan, dalam arti patuhmenjalankan perintah-perintahNya dan patuh menjauhi larangan-laranganNya.Perintah Tuhan hubungannya ialah dengan perbuatan-perbuatan baik sedanglarangan Tuhan hubungannya ialah dengan perbuatan-perbuatan buruk danjahat. Dengan tegasnya yang dimaksud dengan orang yang bertakwa ialahorang baik yang mengerjakan kebaikan-kebaikan dan menjauhi kejahatankejahatan.Kata muttaqin dalam Al-Qur’an memang dihubungkan dengan nilat-nilaiseperti suka menolong, sungguhpun si penolong sendiri berada dalamkekurangan, dapat menahan amarah, suka membei maaf kepada orang lain,menepati janji, sabar, tidak tinggi hati, suka kepada kebaikan dan benci padakejahatan, berbuat baik kepada orang lain, jujur, suka pada kebenaran dansebagainya. Kata muttaqin dalam A1-Qur’an selanjutnya dikontraskan denganorang yang berbuat onar dan kacau dalam masyarakat, orang yan berbuatburuk, orang yang berdusta, orang yang bersikap zalim, penjahat, amoral dansebagainya.Dengan demikian, yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqinsebenarnya adalah orang yang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur. Tidakmengherankan kalau soal akhlak dan budi pekerti luhur memang merupakanajaran yang penting sekali dalal Islam. Dan soal itu demikian pentingnyasehingga, bukan hanya ibadat shalat, puasa, zakat serta haji saja, tetapi jugahukum fikih dan konsep-konsep iman, Islam, surga, serta neraka, kesemuanyasebagai dilihat di atas, erat hubungannya dengan perbuatan baik dan perbuatanburuk manusia. Tujuan dasar dari semua ajaran-ajaran Islam memanglah untukmencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan selanjutnya untukmendorong manusia kepada perbuatan perbuatan baik. Dari manusia-manusiabaik dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat baik dapat diwujudkan.

Senin, 13 April 2009

ISLAM DALAM PENGERTIAN YANG SEBENARNYA

Islam adalah agama dalam pengertian definisi nomor delapan tersebut di atas, yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad s.a.w, sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang menganut berbagai aspek itu ialah Al-Qur-an dan hadis.

Dalam faham dan keyakinan umat Islam Al-Quran mengandung sabda Tuhan (firman) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Sebagai dijelaskan Al-Qur-an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52 mengatakan :

Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya, kecuali melalui wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui utusan yang dikirim, maka disampaikanlah kepadanya dengan seizing Tuhan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan kepadamu roh atas perintah Kami.

Wahyu dalam bentuk pertama tersebut di atas kelihatannya adalah pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Wahyu bentuk kedua, ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan trance. Di dalam bahasa asingnya ini disebut ru'ya (dream) atau kasy (vision). Wahyu bentuk ketiga ialah yang diberikan melalui utusan, atau malaekat, yaitu Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalam bentuk kata-kata.

Bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah wahyu dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga dalam Al-Qur-an. Surat 26 (AI Syu'ara) ayat 192-195 mengatakan :

Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat. Dalam bahasa Arab yang jelas.

Selanjutnya Surat 16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :
Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.

Bahwa yang dimaksud dengan Roh Setia dan Roh Suci adalah Jibril (Gabrial) dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :
“Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya yang membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang percaya”.

Hadis-hadis juga menjelaskan bahwa wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad adalah melalui Jibril. Dalam hadis Aisyah mengenai wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi, dapat kita baca bagaimana ketatnya Jibril merangkul beliau, sehingga beliau merasa sakit dan kemudian disuruh mengulangi apa yang diturunkan Jibril yaitu :
"Bacalah (recite) dengan nama Tuhan yang menciptakan, menciptakan manusia dari segumpal darah. Baca dan Tuhanmu Maha Pemurah”.

Dalam hadis lain, sewaktu ditanya bagaimana caranya wahyu turun kepada beliau. Nabi Muhammad menerangkan: "Wahyu itu terkadang turun sebagai suara lonceng dan inilah yang terberat bagiku. Kemudian ia (Jibril) pergi dan akupun sudah mengingat apa yang diturunkannya. Terkadang malekat itu datang dalam bentuk manusia, berbicara kepadaku dan akupun mengingat apa yang dikatakannya".

Atas dasar ayat-ayat dan hadis-hadis serupa inilah kita umat Islam mempunyai keyakinan bahwa apa yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah Sabda Tuhan, dengan kata lain teks Arab yang tersebut dalam kita suci itu adalah wahyu dari Tuhan. Hanya kata-kata Arab yang tersebut dalam teks itulah yang diakui sebagai wahyu, dan kalau diganti dengan kata-kata Arab lain sungguhpun sinonimnya, itu tidak diakui lagi wahyu. Apalagi terjemahannya ke dalam bahasa asing, semua itu bukan lagi merupakan wahyu, atau Al-Quran yang sebenarnya.

Dalam hal ini, wahyu menurut faham Islam, berlainan dari wahyu menurut faham agama lain, umpamanya agama Kristen. Dalam agama ini, Injil dalam teksnya bukanlah wahyu, yang di wahyukan hanyalah isi atau arti yang dikandung teks itu. Maka terjemahannya dalam bahasa-bahasa asing dianggap sama kuat. Berdasarkan atas ini ada kaum Orientalis yang mengatakan: Sabda Tuhan dalam Islam menjelma menjadi Al-Quran, sedang dalam agama Kristen Sabda Tuhan menjelma menjadi Jesus.

Wahyu yang dalam bentuk kata-kata itu disampaikan kepada Nabi Muhammad, turun bukan sekaligus tetapi sepotong demi sepotong dalam masa kurang lebih 23 tahun. Yang dilakukan Nabi pada waktu itu ialah setiap wahyu turun, itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat untuk dihafal dan untuk dicatat.

Zaid Ibn Sabit adalah sekretaris utama yang mencatat dalam bentuk tulisan ayat-ayat yang diturunkan itu. Selain dari sekretaris ini disebut juga nama sahabat-sahabat lain yang disuruh mencatat, jeperti Abu Bakar, Usman, Umar, 3 Ali, Zubair Ibn Awam, Abdullah Ibn Sa'ad dan Ubay Ibn Kaab. Ayat-ayat itu ditulis di atas batu, tulang, pelepah korma dan lain-lain. Penghafal-penghafal professionil, sebagai diakui oleh A. Guillaume merupakan bahagian dari anggota masyarakat, yaitu bahagian yang tak boleh tidak mesti ada dalam masyarakat Arab dahulu. Merekalah yang menghafal syair-syair. Arab Jahiliah dalam keseluruhannya dan merekalah yang menyebarkannya ke daerah-daerah dan yang meneruskannya dari generasi ke generasi. Penghafal-penghafal serupa ini besar perannya dalam Zaman Jahiliah dan penting pula perannya dalam sejarah pengumpulan ayat-ayat Al-Qur-an dalam bentuk buku seperti yang dikenal sekarang.

Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat itu dalam bentuk buku, terjadi setelah banyaknya sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur-an gugur dalam peperangan yang timbul di zaman Abu Bakar, satu tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad. Dengan gugurnya penghafal-penghafal Al-Quran dikuatirkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an akan dapat turut hilang. Maka atas anjuran Umar, Abu Bakar memerintahkan Zaid Ibn Sabit dan sahabat-sahabat lain, untuk mengumpulkan ayat-ayat yang tertulis di atas batu, tulang-tulang, pelepah korma dan yang dihafal oleh sahabat-sahabat itu dalam bentuk satu buku. Buku yang satu ini kemudian diperbanyak exemplarnya oleh Usman (644-655 M), dan dikirimkan ke daerah- daerah untuk menjadi pegangan tertulis bagi umat Islam yang disana. Dari teks Usman inilah kopi-kopi selanjutnya ditulis dicetak.

Berdasarkan atas sejarah pembukuan yang jelas ini kita Islam berkeyakinan bahwa teks Al-Qur-an yang ada sekarang betul sesuai dengan apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Bahwa Al-Qur’an sekarang betul orisinil dari Nabi Muhammad s.a.w. diakui juga oleh orang-orang Orientalis.. Nicholson umpamanya mengatakan "............. its genuineness is above suspicion", dan menulis "............. it seems reasonably well established ............. the original form and contents of Mohammed's discourses preserved with serupulous precision ".
Demikianlah, teks Al-Qur-an adalah orisinil dari Nabi adalah wahyu yang beliau terima dari Tuhan melalui Jibril dalam bentuk kata-kata yang didengar dan dihafal, dan bukan bentuk pengetahuan yang dirasakan dalam hati atau yang di dan dilihat dalam mimpi atau keadaan trance.

Hadis, sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran Islam, mengandung sunnah (tradisi) Nabi Muhammad. Sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan, perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi. Berlainan halnya dengan Al-Qur-an, hadis tidak dikenal dicatat tidak dihafal di zaman Nabi. Alasan yang selalu dikemukakan ialah bahwa pencatatan dan penghafalan hadis dilarang Nabi, karena dikuatirkan bahwa dengan demikian akan terjadi percampur-bauran antara Al-Qur-an sebagai Sabda Tuhan dan hadis sebagai ucapan-ucapan Nabi. Ada disebut bahwa Umar Ibn Al-Khatab. Khalifah kedua, berniat untuk membukukan hadis Nabi, tetapi karena takut akan terjadi kekacauan antara Al-Qur-an dan hadis, niat itu tidak jadi dilaksanakan.

Pembukuan baru terjadi di permulaan abad kedua Hijri, yaitu ketika Khalifah Umar Abd AI-Aziz (717-720 M) meminta dari Abu Bakar Muhammad Ibn Umar dan Muhammad Ibn Syihab Al-Zuhri, mengumpulkan hadis Nabi yang dapat mereka peroleh. Di tahun 140 H, Malik Ibn Anas menyusun hadis Nabi dalam buku Al-Muwatta.

Pembukuan secara besar-besaran terjadi di abad ketiga Hijri oleh Bukhari. Muslim, Abu Daud, Al-Nasa'i, Al-Tarmizi dan Ibn Majah. Keenam buku kumpulan hadis inilah yang banyak dipakai sampai sekarang.

Karena hadis tidak dihafal dan tidak dicatat dari sejak semula, tidaklah dapat diketahui dengan pasti mana hadis yang betul-betul berasal dari Nabi dan mana hadis yang dibuat-buat. Abu Bakar dan Umar sendiri, walaupun mereka sezaman dengan Nabi, bahkan dua sahabat yang terdekat dengan Nabi, tidak begitu saja menerima hadis yang disampaikan kepada mereka. Abu Bakar meminta supaya dibawah saksi yang memperkuat hadis itu berasal dari Nabi, dan Ali lbn Abi Talib meminta supaya pembawa hadis bersumpah atas kebenarannya.

Dalam pada itu jumlah hadis yang dikatakan berasal dari Nabi bertambah banyak, sehingga keadaannya bertambah sulit membedakan mana hadis yang orisinil dan mana hadis yang dibuat-buat. Diriwayatkan bahwa Bukhari mengumpulkan 600.000 (enam ratus ribu) hadis, tetapi setelah mengadakan seleksi, yang dianggapnya hadis orisinil hanya 3.000 (tiga ribu) dari yang 600.000 itu, yaitu hanya setengah persen.

Tidak ada kesepakatan kita antara umat Islam tentang keorisinilan semua hadis dari Nabi. Jadi berlainan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang semuanya diakui oleh seluruh umat Islam adalah wahyu yang diterima Nabi dan kemudian beliau teruskan kepada umatnya, dalam keorisinilan hadis terdapat perbedaan antara umat Islam. Oleh karena itu kekuatan hadis sebagai sumber ajaran-ajaran Islam tidak sama dengan kekuatan Al-Qur-an.

Inilah dua sumber nash dari ajaran-ajaran Islam dalam segala aspeknya.
Ajaran yang terpenting dari Islam ialah ajaran tauhid, maka sebagai halnya dalam agama monoteisme atau agama tauhid lainnya. yang menjadi dasar dari segala dasar di sini ialah pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Di samping ini menjadi dasar pula soal kerasulan, wahyu, kitab suci yaitu Al-Qur’an, soal orang yang percaya kepada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, yaitu soal mu'min dan muslim, soal orang yang tak percaya kepada ajaran-ajaran itu yakni orang kafir dan musyrik, hubungan makhluk, terutama manusia dengan Pencipta, soal akhir hidup manusia yaitu sorga dan neraka, dan lain sebagainya.

Semua soal ini dibahas oleh ilmu tauhid atau ilmu kalam yang dalam istilah Baratnya disebut teologi. Aspek teologi merupakan aspek yang penting sebagai dasar bagi Islam.

Salah satu ajaran dasar lain dalam agama Islam ialah bahwa manusia yang tersusun dari badan dan roh itu berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tuhan adalah suci dan roh yang datang dari Tuhan juga suci dan akan dapat kembali ke tempat asalnya di sisi Tuhan, kalau ia tetap suci. Kalau ia menjadi kotor dengan masuknya ia ke dalam tubuh manusia yang bersifat materi itu, ia tak akan dapat kembali ke tempat asalnya.

Oleh karena itu harus diusahakan supaya roh tetap suci dan manusia menjadi baik. Ajaran Islam mengenai hal ini tersimpul dalam ibadat yang mengambil bentuk salat, puasa zakat, haji dan ajaran-ajaran mengenai moral atau akhlak Islam. Nabi Muhammad memang mengatakan bahwa beliau datang untuk menyempurnakan pengertian budi pekerti luhur (Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti luhur). Aspek ibadat dan ajaran moral ini juga merupakan aspek penting dari Islam.

Dalam pada itu ada segolongan umat Islam yang tidak merasa puas dengan cara formil yang terdapat dalam ibadat untuk mendekati Tuhan. Dengan lain kata, hidup spirituil yang diperoleh melalui ibadat biasa belum memuaskan kebutuhan spirituil mereka, maka mereka rnencari jalan yang membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan, sehingga mereka merasa dapat melihat Tuhan dengan hati sanubari, bahkan merasa bersatu dengan Tuhan. Ajaran-ajaran mengenai ini terdapat dalam mistisisme Islam yang dalam istilah Arabnya disebut tasawwuf.

Sufi-sufi mempunyai murid-murid dan di antaranya ada yang meneruskan ajaran sufi yang menjadi gurunya daiam bentuk tarekat. Maka timbullah dalam Islam berbagai macam tarekat sufi. Tarekat pada mulanya berarti jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk berada di hadirat Tuhan, tetapi kemudian ia mengandung arti organisasi yang mempunyai corak latihan spirituil. Masing-masing tarekat mempunyai corak latihan spirituilnya sendiri. Jumlah tarekat banyak dan di antaranya adalah yang berikut : Ahmadia di Mesir, Bektasyia di Turki, Kadiria berasal dari Bagdad, Naksyabandia (berasal dari Turkistan), Rifa'ia (berasal dari Irak), Sanusia (Libiya), Syadilia (Tunis), Syattaria (India) dan Tijana (Maroko). Tasawwuf dan tarekat memberikan aspek mistisisme dalam Islam.

Selanjutnya Islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak bisa terlepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup manusia di dunia ini menentukan corak hidupnya di akhirat kelak. Kebahagiaan di akhirat bergantung pada: hidup baik di dunia. Hidup baik menghendaki masyarakat manusia yang teratur. Oleh sebab itu Islam mengandung peraturanperaturan tentang kehidupan masyarakat manusia. Demikianlah terdapat peraturan- peraturan mengenai hidup kekeluargaan (perkawinan, perceraian, waris dan lain-lain) tentang hidup ekonomi dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, perserikatan dan lain-lain, tentang hidup kenegaraan, tentang kejahatan (pidana), tentang hubungan Islam dan bukan Islam, tentang hubungan orang kaya dengan orang miskin dan sebagainya. Semua ini dibahas dalam lapangan hukum Islam yang dalam istilah Islamnya disebut ilmu fikih. Fikih memberikan gambaran tentang aspek hukum dari Islam.

Semeritara itu Islam dalam sejarah mengambil bentuk kenegaraan. Dalam perkembangannya terjadi perbedaan faham tentang organisasi negar yang semestinya. Perbedaan faham terbesar dalam soal lembaga politik ini terdapat antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah. Kaum Sunni berpendapat bahwa kepala negara tidak mesti dari keturunan Nabi melalui Fatimah dan Ali. Kaum Syi'ah sebaliknya berkeyakinan bahwa hanya keturunan Nabi yang boleh menjadi kepala-negara. Selanjutnya terdapat pula perbedaan faham tentang persoalan apakah jabatan kepala-negara mempunyai sifat turun-temurun dari bapak kepada anak, ataukah pengangkatan kepala-negara didasarkan atas kesanggupan serta keahlian dan bukan atas keturunan.

Islam sebagai negara tentu mempunyai lembaga-lembaga kemasyarakatan lain, seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran, lembaga kepolisian, lembaga kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini menggambarkan aspek lembaga kemasyarakatan dalam Islam.

Lebih lanjut lagi Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta semesta alam. Oleh karena itu perlu dibahas arti penciptaan, materi yang diciptakan, hakekat roh, kejadian alam, hakekat aqal, hakekat wujud, arti qidam (tidak bermula) dan lain-lain. Pemikiran dan pembahasan dalam hal-hal ini dilakukan oleh akal. Maka timbullah persoalan akal dan wahyu serta falsafat dan agama. Ini semua dibahas oleh falsafat dalam Islam.
Akhirnya Islam mempunyai wujud dalam masa. Tahun Islam mulai dihitung dari hijrah Nabi ke Medinah di tahun 622 M dan sekarang Islam telah berusia dekat empat belas abad. Dari Semenanjung Arabia Islam meluas ke Palestina, Suria, Mesopotamia, Persia, India, Asia, Tengah, Malaysia, Indonesia dan Filipina di Timur, dan ke Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan Afrika Tengah di Barat kemudian ke Asia Kecil dan dari sana ke Eropah Timur sampai ke Austria. Dengan demikian Islam bukan hanya mempunyai sejarah politik yang panjang dalam masa tetapi juga sejarah politik yang luas daerahnya. Dalam ekspansi ke Timur dan ke Barat itu Islam bertemu dengan peradaban-peradaban klasik, terutama peradaban Yunani dan Persia, dan kontak ini menimbulkan peradaban yang bercorak Islam dan yang berpengaruh di masanya, bahkan mempunyai pengaruh bagi peradaban Barat modern sekarang. Ini semua dibahas dalam
sejarah kebudayaan Islam.

Dengan adanya kontak antara Islam dan kemajuan Barat yang dimulai pada pembukaan abad kesembilan belas yang lalu, umat Islam dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran modern Barat. Dalam Islam timbullah pula pemikiran pembaharuan, yang masih menjadi soal hangat sampai di zaman kita sekarang. Maka di samping aspek-aspek tersebut, terdapat pula aspek modernisasi atau pembaharuan dalam Islam.

Jadi Islam, berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya mempunyai satu-dua aspek, tetapi mempunyai berbagai aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi, aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek falsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan lain sebagainya.
Dalam pada itu aspek teologi tidak hanya mempunyai satu aliran tetapi berbagai aliran : ada aliran yang bercorak liberal, yaitu aliran yang banyak memakai kekuatan akal di samping ke percayaan pada wahyu dan ada pula yang bersifat tradisionil, yaitu aliran yang sedikit memakai akal dan banyak bergantung pada wahyu. Di antara kedua aliran ini terdapat pula aliran-aliran yang tidak terlalu liberal, tetapi tidak pula terlalu tradisionil. Dalam aspek hokum demikian pula terdapat bukan hanya satu mazhab, tetapi berbagai rupa mazhab dan yang diakui sekarang hanya empat yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali.

Nyatalah bahwa Islam mempunyai berbagai rupa aspek, aliran dan mazhab. Pengetahuan Islam hanya dari satu-dua aspek, dan itupun hanya dari satu aliran dan satu mazhab, menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap tentang Islam. Islam di Indonesia pada umumnya dikenal hanya dari aspek teologi, dan itupun hanya dari aliran tradisionilnya, dari aspek hukum, yaitu menurut mazhab Syafi'i dan dari aspek ibadat. Aspek-aspek lainnya, moral, mistisisme, falsafat, sejarah dan kebudayaan serta aliran-aliran dan mazhab-mazhab lainnya kurang dikenal. Oleh karena itu pengetahuan kita di Indonesia tentang Islam tidak sempurna. Dengan lain kata hakekat Islam tidak begitu dikenal. Ini menimbulkan kesalah fahaman tentang Islam.
Timbul kesalah-fahaman bahwa Islam bersifat sempit dan tidak sesuai dengan kemajuan modern. Karena mengetahui satu mazhab fikih saja, ada hal-hal yang dianggap haram menutut Islam, sedang sebenarnya hal-hal itu haram menurut mazhab tersebut dan tidak menurut mazhab lain. Demikian pula kesalahfahaman bahwa Islam mengajarkan fatalisme atau jabariah, sedang ini sebenarnya adalah ajaran dari satu aliran tertentu dalam Islam. Aliran lain mempunyai faham free will atau qadariah. Demikian pula timbul kesalah-fahaman bahwa Islam mengajarkan kesenangan materi, karena surga dan neraka diberi gambaran sebagai kesenangan materi dan kesengsaraan jasmani. Ini sebenarnya hanyalah faham golongan tertentu dalam Islam, karena kaum sufi dan kaum filosof menggambarkan sorga dan neraka sebagai keeenangan dan kesengsaraan rohani dan intelektuil.

Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan faham itu perlulah diketahui dan diajarkan hakekat Islam, yaitu Islam dalam segala aspeknya. Mengetahui Islam dalam segala aspeknya secara mendetail sudah barang tentu tidak mudah dan menghendaki masa yang panjang dan usaha yang kuat. Mungkin orang akan menghabiskan semua umurnya untuk mengatahui itu. Dan itu memang tidak perlu. Yang diperlukan hanyalah mengetahui aspek-aspek dan aliran-aliran itu dalam garis besarnya. Sebagai dasar, pengetahuan yang demikian sudah cukup. Kemudian barulah orang mengadakan spesialisasi, yaitu spesialisasi dalam bidang teologi, falsafat dan tasawuf, spesialisasi dalam bidang hukum, spesialisasi dalam bidang sejarah kebudayaan dan sebagainya. Mengadakan spesialisasi sebelum atau dengan tidak mengetahui aspek-aspek dan aliran-aliran lain dalam Islam menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap, bahkan yang salah tentang Islam. Untuk menghindarkannya perlulah pendekatan lama dirobah dengan pendekatan baru.

Senin, 06 April 2009

Agama dan Pengertian Agama dalam Berbagai Bentuknya (resume)

Dalam masyarakat Indonesia, selain dari kata agama, dikenal pula istilah-istilah lain berkenaan dengan kata tersebut yang didevinisikan dalam arti yang berbeda-beda. Akan tetapi intisari yang terkandung dalam istilah-istilah tersebut ialah ikatan. Sehingga agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kesatuan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera.

Oleh karena itu agama diberi definisi-definsi sebagai berikut :
  1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
  2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
  3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
  4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yag menimbulkan cara hidup tertentu.
  5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
  6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
  7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
  8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah :

  1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah danlarangan kekuatan gaib ini.
  2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
  3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
  4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

Agama ada yang bersifat pimitif dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat ialah:

  • Dinamisme
    Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sakti. Barang-barang yang dianggap sakti dan bertuah, adalah keris, batu cincin dan lain-lain. Dalam faham agama dinamisme bertambah mana yang diperoleh oleh seseorang bertambah jauh ia dari bahaya dan bertambah selamat hidupnya. Kehilangan mana berarti maut. Oleh karena itu, tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin. Dalam masyarakat primitif terdapat dukun atau ahli sihir, yang dianggap dapat mengontrol dan menguasai mana yang beraneka ragam itu.
  • Animisme
    Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Bagi masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yang halus sekali menyerupai uap atau udara, mempunyai rupa, mempunyai tingkah laku seperti manusia. Roh dari benda-benda tertentu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia karena dapat menimbulkan kekuatan yang dasyat sehingga dihormati dan ditakuti, termasuk roh nenek moyang. Kepada roh-roh serupa ini diberi sesajen untuk menyenangkan hati mereka. Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Membuat mereka marah harus dijauhi karena kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir.
  • Politeisme
    Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dewa-dewa dalam politeisme telah mempunyai tugas-tugas tertentu dan diyakini lebih berkuasa. Oleh karena itu, tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya memberi sesajen dan persembahan-persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Tetapi dalam politeisme terdapat faham pertentangan tugas antara dewa-dewa yang banyak itu. Kalau berdoa: seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainnya. Dengan jalan demikian masyarakat politeisme berusaha menyelematkan diri dari bahaya-bahaya yang mengancam mereka.

    Dalam perkembangan selanjutnya terdapat dewa-dewa yang mendapat perhatian dan pujaan yang lebih besar dari yang lain. Sehingga timbullah faham dewa tiga. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwa, dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Osiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta.

    Kemudian ada kalanya satu dari dewa-dewa itu yang meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Ini belum berarti pengakuan pada satu Tuhan, tapi baru pada pengakuan dewa terbesar diantara dewa yang banyak. Faham ini belum meningkat pada faham henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme.
  • Henoteisme
    Tetapi kalo dewa yang terbesar itu saja kemudian yang dihormati dan dipuja, sedang dewa-dewa lain ditinggalkan, faham demikian telah keluar dari politeisme dan meningkat kepada henoteisme. Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri.
  • Monoteisme
    Dalam masyarakat yang sudah maju agama yang dianut adalah agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta.

Dengan demikian, perbedaan antara henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Dalam agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan. Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spirituil. Dalam istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Tuhan dalam monoteisme tidak dapat dibujuk-bujuk dengan saji-sajian. Kepada Tuhan sebagai pencipta yang mutlak orang tak bisa kecuali menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah, orang dalam monoteisme mencoba mencari keselamatan.

Disinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan. Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama.

Dalam agama Kristen, berhubungan dengan ajaran tentang dosa warisan yang melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yang merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan.

Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajarannya tentang Tuhan Yang Maha Esa memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Persatuan roh dengan badan menimbulkan kegelapan. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyang Widhi yang disebut moksa. Dan moksa akan tercapai hanya kalau atma telah menjadi suci kembali dari kegelapan yang timbul dari persatuannya dengan badan. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya.

Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Agar dalam hidup kekal di akhirat nanti orang hidup dalam kesenangan, jauh dari kesengsaraan, orang haruslah berusaha supaya mempunyai roh bersih lagi suci dan senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat di dunia. Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yang diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Tujuan agama memanglah membina manusia baik-baik, manusia yang jauh dari kejahatan. Oleh sebab itu agama monoteisme erat pula hubungannya dengan pendidikan moral. Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan larangannya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur.

Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajarannya bermaksud untuk membina manusia yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti Sebagai diterangkan oleh Al-Qur-an, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Mengenai hal ini Surat Ali lmran ayat 19 mengatakan:
Agama (yang benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya).Dan mereka yang diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki.

Apa yang dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa' ayat 125 :
Siapa mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yang sebenarnya?

Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al-Baqarah ayat 131 :
Ketika Tuhannya berkata kepadanya (Ibrahim) : "Serahkan dirimu'; ia menjawab : "Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam' :

dan Surat Ali Imran ayat 67 :
Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang benar (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.

Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah. sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :

Katakanlah : “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya”.

Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Sejarah juga mengunjukkan bahwa ketiga agama itu memang mempunyai asal yang satu. Tetapi perkembangan masing-masing dalam sejarah mengambil jurusan yang berlainan, sehingga timbullah perbedaan antara ketiga-tiganya.

Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa. Dalam istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Tetapi dalam pada itu kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam satu dari kedua syahadatnya menegaskan : "Tiada Tuhan selain dari Allah". Dan dalam agama Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : "Dengarlah Israel, Tuhan kita satu". Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi.

Agama Hindu, sungguhpun banyak dianggap termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monotesime. Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tiga sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda di dunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. lni adalah perbuatan Zat Yang Maha Tinggi itu.

Dengan, demikian di antara agama besar yang ada sekarang, hanya Islamlah yang memelihara faham monoteisme yang murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yang banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.